Mengekspor pakaian jadi mendukung pembangunan ekonomi dengan menciptakan peluang kerja di sektor formal bagi para pekerja (terutama perempuan) yang alternatif pekerjaan rumah tangganya adalah pekerjaan informal atau pertanian. Pada saat yang sama, produksi pakaian jadi sangat diawasi karena kekhawatiran akan kondisi kerja yang buruk.
Pertanyaan apakah program-program untuk meningkatkan kondisi kerja terkait dengan lebih banyak atau lebih sedikitnya ekspor pakaian jadi masih menjadi perhatian utama bagi pemerintah negara berkembang pengekspor pakaian jadi saat ini maupun yang berpotensi menjadi pengekspor pakaian jadi.
Untuk mengevaluasi pertanyaan ini, studi ini memperkirakan perbedaan ekspor setelah inisiasi tingkat negara dari program Better Work ILO-IFC yang saat ini beroperasi di 10 negara berkembang pengekspor pakaian jadi dan memiliki dampak positif yang mapan terhadap kondisi kerja di pabrik-pabrik pengekspor pakaian jadi yang berpartisipasi.
Dengan menggunakan pendekatan model gravitasi pseudo-maximum likelihood Poisson, studi ini membandingkan ekspor pakaian jadi setelah memasuki program Better Work dengan ekspor pakaian jadi dari semua negara lain sambil mengendalikan efek tetap importir, eksportir, waktu, dan pasangan negara.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekspor pakaian jadi secara signifikan lebih tinggi setelah dimulainya program Better Work dibandingkan dengan negara-negara pengekspor pakaian jadi yang tidak mengikuti program Better Work.